Selasa, 19 Januari 2010

Jika kau membuatku terluka, aku akan menguatkan sayap cintaku untukmu.


Pagi ini udara sangat gelap, seperti beberapa hari belakangan cuaca emang lagi ga bersahabat. Gelap dan gerimis terus. Mungkin emang udah sepantasnya, tiap akhir tahun bumi Indonesia tercinta ini memasuki musim penghujan.

Di sebuah kamar kost cewek berukuran 4x6 meter di sudut kota Jakarta bagian barat,  Veyla masih tergolek  malas di tempat tidurnya. Udah jadi kebiasaan baginya bangun pagi  beberapa menit sebelum jam 7 pagi, saat bel tanda masuk bagi karyawan di tempatnya menunaikan tugasnya stiap hari. Acara mandi bebek & ngebut nyelip2 diantara kopaja, angkutan kota, dan ratusan mobil serta sepeda motor berebut jalur yang seringnya malah bikin kemacetan makin parah. Tapi semua itu bukanlah masalah besar baginya, buktinya dia ga pernah bosen ngejalaninnya, dan ga pernah telat sekalipun, meski sering banget dia pass card pukul 06.59. Pass banget, karena masih tersisa 1 menit untuk berjalan dari mesin absensi menuju departmennya, dan jam 07.00 saat ia duduk di depan kompinya.

Lovelya Putri, nama lengkap gadis manis alumni sebuah universitas negeri di Yogyakarta itu, yang selama 2 tahun ini lebih memilih merantau di Jakarta, jauh dari keluarga dan kekasih hati yang rencananya akan meminangnya 3 bulan lagi. Ya, dia akan menikah dengan laki-laki yang telah mengisi hari-harinya semenjak di bangku kuliah.

"Duhhh...yang mo merid, baru nyampe kantor udah chatting ama yayang. Jadi pengen dehhh...." celetukan Rey rupanya membuat dia kaget. "Idihh....sapa juga yang chatting, gw kan lagi cek e-mail dari orang HRD buat materi meeting ntar siang". Jawab Veyla sekenanya. Ya, Veyla emang selalu aja pandai mencari-cari   alasan. Di sela-sela jam kerja dia selalu menyempatkan berkomunikasi dengan calon suaminya  tentang persiapan pernikahan mereka meski hanya lewat chatting , telepon atau browsing design undangan di internet.

Veyla mendengar ada sms masuk di hpnya. " Hai, apa kabar?"  (Robert). "Robert????" dia bertanya-tanya dalam hatinya. "Robert sapa ya? Robert Pattison kah? hehe...." masih aja dia sempat bercanda dengan dirinya dendiri. Jantungnya pun berdegup kencang, kian lama kian kencang. Tiba-tiba dia terbawa ke masa yang tlah lalu, jauh sebelum dia menjadi wanita dewasa seperti saat ini. "Jangan-jangan.....ah gak mungkin banget sih. Mana mungkin dia masih inget sama aku? Lagian dia kan udah....ah udah lah, gak mungkin dia!" Lagi-lagi dia ribut dengan kata hatinya sendiri sambil memandangi SMS yang isinya sangat biasa itu, tapi entah kenapa baginya itu sangat membuatnya penasaran. Hanya karena nama pengirimnya yang sama dengan seseorang yang pernah mengisi hatinya, yang mengenalkannya pada indahnya cinta pertama.

Belum hilang rasa penasaran yang bergemuruh dalam dadanya, hp nya berbunyi. Ada panggilan masuk dari nomor yang baru saja mengiriminya 'SMS dahsyat' itu. "Apa mungkin dia ya?"gumamnya lagi penuh penasaran. "Halo, apa bener ini nomornya Lovelya Putri?" ucap seseorang di seberang sana, dia sangat mengenal suara itu. " Iya, maaf ini siapa ya?" jawabnya pura-pura tidak kenal. Velya memang sangat 'gengsian' jika berhadapan dengan cowok. "Ini Robert, masa kamu lupa? Robert Marantika". Saat itu tiba-tiba saja Veyla sulit bernafas, jantungnya berdegup 1000 kali lebih cepat dari  sebelumnya. "Ooohhh....kamu. Iya, aku inget...................". Jawabnya dengan malu-malu dan hati berbunga-bunga tentunya. Obrolan itupun mengalir begitu saja. Ngomongin tentang masa lalu, masa-masa setelah mereka putus, ngomongin dunia mereka yang ternyata kini telah jauh berbeda dari 10 tahun yang lalu. Ya, 10 tahun dunia menghempaskan mereka, dan kini tiba-tiba saja takdir mempertemukan ruh mereka. Rupanya Veyla nggak sadar kalau siang ini dia belum membalas sms, email, bahkan telepon dari calon suaminya hanya karena asyik bernostalgila dengan Robert. Andai saja hpnya nggak lowbat, mungkin perbincangan itu akan berakhir lebih lama dari 45 menit.

2 bulan telah berlalu. Hari-hari Veyla kini semakin berwarna karena ada Robert yang selalu rajin menelponnya sehari 3x, mengiriminya email romantis, juga ucapan "met makan siang ya" via pesan singkat. Veyla terbuai akan indahnya nostalgia cinta pertamanya. Dia lupa, 1 bulan lagi dia akan mengadakan peristiwa sakral, yang  sangat membutuhkan perhatiannya dan komitmennya.

*****************************
Pagi itu Veyla semangat banget berangkat ke kantor. Candaan dan gurauannya dengan Robert beberapa hari belakangan rupanya mampu merecharge semangatnya. Sesuatu yang telah 10 tahun menghilang darinya kini telah digenggamnya lagi. Mungkin itu yang dia rasakan kini. Dengan senyum yang selalu tersungging, dia memulai hari ini dengan membuka inbox emailnya. Ada 2 email baru."Sayang, apa kabar? besok aku ke Jakarta ya, beli perlengkapan pernikahan kita. Jemput di tempat biasa OK". "Oke sayang, aku tunggu ya. Hati-hati". Dengan cepat dia membalas email itu. Lalu dia membuka email yang satunya " Met pagi cantik, met aktivitas ya.". Robert memang rajin mengirim email setiap pagi. "met aktivitas juga ya", balasnya beberapa detik kemudian.  Setelah itu dengan penuh semangat dia tenggelam dalam tumpukan kertas di atas mejanya, juga beberapa meeting yang harus diikutinya hingga sore nanti.

"Haaaa....11 missed call !!!", teriaknya hingga mengagetkan beberapa teman yang masih bertahan di kantor karena harus lembur. Tapi tumben Veyla tak begitu menghiraukan missed call itu, rasa lelah yang menyerangnya memicunya untuk segera pulang. Tempat tidur dan guling empuk udah terbayang-bayang di benaknya. Nggak sabar dia ingin segera sampai di kamar kostnya, tempatnya melepas lelah.

*****************************
Kriinnnnnnnnggggggggggggggg!!! Bunyi bell kamar membangunkannya. "Haaaa, jam 8 pagi! Aduhhh, aku kan harus jemput mas Raihan". Buru-buru dia cuci muka lalu menyisir rambutnya yang acak-acakan, lalu membuka pintu. "Lho mas, kok udah sampai? Maaf ya aku kesiangan soalnya kemaren capek banget lembur sampe malem", katanya meyakinkan Raihan agar bisa memaklumi."Udah, nggak papa aku ngerti kok". "Ayo masuk mas, tadi nyampe stasiun jam berapa? kok nggak telpon ?" ucapnya sambil membuat kopi hangat untuk calon pendampingnya itu. "Udah kok, coba deh liat hpmu. Kamu aja yang kalo udah tidur kaya kebo", kata lelaki penyabar itu sambil mencubit pipi kekasih hatinya itu."Ihhh...mas ini lho senengnya ngece. Katanya sayang?", balas Veyla manja.
"Iya deh ga kaya kebo, tapi kamu mandi dulu sana, aq mo istirahat sebentar", kata Raihan. "Oke honey...", jawab Veyla.

Sementara Veyla mandi, Raihan membuka notebook milik kekasihnya. Sekedar mengisi waktu menunggu Veyla, dia melihat foto-foto kekasihnya itu bersama teman-temannya juga foto-foto pre-wedding mereka yang telah dibuat bulan lalu. Tanpa sengaja dia menemukan email-email yang isinya sangat memancing rasa ingin tahunya. Dia baca satu per satu email itu, penuh dengan kata-kata romantis. Tapi dia tak pernah  merasa mengirim e-mail itu untuk Veyla. Veyla pun tak pernah mengirim untuknya. "Robert???" dia bertanya-tanya dalam hati. Seperti detektif dia pun mulai membuka-buka hp kekasihnya itu. Dan alangkah terkejutnya saat dia menemukan pesan-pesan dan banyak sekali di register incoming dari nomor dengan nama Robert.  Dia mencoba meyakinkan diri, apa iya calon istrinya, wanita yang lebih dari 5 tahun dia bertahta di hatinya telah mengkhianatinya. Sungguh di luar dugaannya, namun dia mencoba tenang seakan tidak terjadi apa-apa.

"Mas, aku udah siap. Ganti mas yang mandi sana, bau banget ih...". "Oke honey!" jawab Raihan setengah kaget. Raihan pun bergebas ke kamar mandi, sesaat setelah itu merekapun asyik menjelajahi Jakarta untuk membeli perlengkapan pernikahan. Tak ada yang aneh dengan Raihan, ia justru melihat ada yang berbeda dengan Veyla. Ada yang tak biasa dengan kekasih hatinya itu, namun dia tak ingin merusak suasana. Dia hanya ingin membahagiakan Veyla. Dia ingin Veyla selalu tersenyum. Tiba-tiba hp Veyla berbunyi. "Halo, mmmaaaf ini siapa ya? salah sambung kali", jawab Veyla dengan gugup dan terbata. " Telpon dari siapa dhek?" tanya Raihan. "Nggak tau mas, orang iseng". Raihan hanya bilang " Ooo..yaudah ga usah ditanggepin" sambil melihat nomor yang telah menelpon pacarnya itu. "Robert, siapa sih kamu?"gumam Raihan dalam hati.

*******************************
Weekend telah usai, itu artinya Raihan harus kembali ke Yogya untuk kembali beraktivitas. Veyla melepas kepergian kekasihnya itu hingga stasiun Gambir. "Hati-hati ya mas, jangan lupa kirim kabar kalo udah sampai. Luv you", ucap Veyla mengakhiri pertemuan mereka. "Iya sayang, jaga diri baik-baik ya. Sampai ketemu minggu depan aku jemput kamu. Luv you to...", jawab Raihan penuh kasih. Veyla memandangi kekasihnya hingga tak terlihat lagi  dari pandangan matanya.

Sesampainya di kost, Veyla mampir ke swalayan untuk membeli camilan bekalnya menghabiskan malam sambil nonton dvd favoritnya malam ini. Hingga dia menemukan secarik kertas yang terjatuh di antara koleksi dvd-nya.


Dunia berbintang ketika kau tersenyum
Hujan bergemerincing pelan menyejukkan hati disela tawamu yang hangat
Ada setia yang kuberikan dalam uraian kasihku


Aku sayang kamu lebih dari siapapun. kamu mampu membuatku bertahan untuk selalu setia. itulah alasanku memilihmu menjadi pendamping hidupku. yakinkanlah hatimu hingga seyakin aku. kuatkanlah cintaku sekuat cintaku. yakinlah aku yang terbaik untukmu, bukan Robert Marantika yang pernah melupakan dan membuatmu menangis. Meski kau telah membuatku kecewa, itu takkan merubah segalanya. Semakin dalam kau membuatku terluka, aku akan semakin menguatkan sayap cintaku untukmu. Love you so, Lovelya Putri.


Tanpa terasa air mata Veyla menetes. Nampaknya dia sangat menyesal. Dia merasa bersalah telah terbuai dengan emosi sesaat yang meyeretnya larut ke dalam kisah  lalunya. Dia meyakinkan diri, bahwa Raihan adalah yang terbaik untuknya, bukan Robert yang dulu tega melukai hatinya itu. Pelan-pelan Veyla mengurangi intensitas komunikasinya dengan Robert. Ia sadar, jika diteruskan maka akan banyak hati yang terluka. Bukan hanya Raihan, namun juga seseorang yang telah menjadi pendamping Robert. Ya, Veyla yakin dia memang tercipta untuk Raihan. Dan dia menjadi istri yang setia dan  sempurna.

**************  to be continued **************


By : Yesi
Inspired by : seorang teman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar